MAKALAH
CIRI – CIRI BELAJAR MENGAJAR
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Strategi Belajar Mengajar

Disusun
Oleh :
Nama NIM
Ucu sulpiani 102100980
marpuah 102100949
Pusparos Malida 102100978
Aliyudin 102100975
Pendidikan
Agama Islam
Fakultas
Tarbiyah dan Adab
Institut
Agama Islam Negeri (IAIN)
SULTAN
MAULANA HASANUDIN BANTEN
Serang, 2011 M/1432 H
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
dasarnya, setiap individu mempunyai kemampuan untuk belajar. Proses semacam ini
dialaminya semenjak ia lahir sampai tumbuh dewasa. Adanya suatu kegiatan
belajar tidak lepas dari pada tujuan yang hendak dicapai yakni agar mampu
mengadakan perubahan-perubahan dalam setiap perkembangannya yang ada.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar amat banyak sekali, khususnya pada lembaga pendidikan. Karena diharuskan atau dituntut agar siswa berhasil dalam studinya tersebut.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar amat banyak sekali, khususnya pada lembaga pendidikan. Karena diharuskan atau dituntut agar siswa berhasil dalam studinya tersebut.
Kalau dilihat
lebih jauh tentang berbagai upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah
tersebut, seolah-olah masih terjadi ketidak puasan terhadap siswa dikarnakan
tidak sesuai dengan tujuan belajar itu sendiri. Hal ini merupakan tanggung
jawab kita bersama agar nantinya siswa dapat mengetahui serta memahami tentang
terbagi metode yang harus ia jalani sehingga nantinya akan membuahkan hasil
yang sangat memuaskan.
Dalam proses
belajar mengajar sangatlah diperlukan suatu metode yang pas yang harus
diterapkan dalam kegiatan belajar agar siswa dapat mencapai suatu keberhasilan.
Disinilah kita membutuhkan suatu renungan pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang berkenaan dengan belajar mengajar.
Disinilah kita membutuhkan suatu renungan pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang berkenaan dengan belajar mengajar.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar Dan Mengajar
1.
Belajar
Pengertian
Belajar Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in
behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan
jalan mengalami.
Menurut Spears
: Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves, to
listen, to follow direction ; pengalaman dapat diperoleh dengan menggunakan
panca indra.
Lester.D. Crow
and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits,
knowledge and attitudes ; Belajar adalah upaya untuk memperoleh
kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.
Hudgins Cs.
(1982) berpendapat Hakekat belajar secara tradisional belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan
adanya pengalaman .
Jung , (1968)
mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu
organisme dimodifikasi oleh pengalaman.
Ngalim
Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
2. Mengajar
Arifin (1978)
mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan
pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran itu.
Tyson dan
Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah : a way working with students …
A process of interaction . The teacher does something to student, the students
do something in return ; sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan
guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Nasution
(1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya danmenghubungkannya dengan anak, sehingga
terjadi proses belajar.
B.
Ciri-Ciri
Belajar
Berdasarkan pengertian belajar, maka
pada hakekatnya “belajar menunjuk ke perubahan dalam tingkah laku si subjek
dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang, dan perubahan
tingkah laku tersebut tak dapat dijelaskan atas dasar
kecenderungan-kecenderungan respons bawaan, kematangan atau keadaan temporer
dari subjek (misalnya keletihan, dan sebagainya)”[1]
Dengan pengertian tersebut, maka
ternyata belajar sesungguhnya memiliki ciri-ciri (karakteristik) tertentu:
1.
Belajar berbeda dengan kematangan
Pertumbuhan adalah saingan utama
sebagai pengubah tingkah laku. Bila serangkaian tingkah laku matang melalui
secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa
perkembangan itu adalah berkat kematangan (maturation) dan bukan karena
belajar. Bila prosedur latihan (training) tidak secara cepat mengubah tingkah
laku, maka berarti prosedur tersebut bukan penyebab yang penting dan
perubahan-perubahan tak dapat diklasifikasikan sebagai belajar. Memang banyak
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh kematangan, tetapi juga tidak
sedikit perubahan tingkah yang disebabkan oleh interaksi antara kematangan dan
belajar, yang berlangsung dalam proses yang rumit. Misalnya, anak mengalami
kematangan untuk berbicara. Kemudian berkat pengaruh percakapan masyarakat
disekitarnya, maka dia dapat berbicara tepat pada waktunya.
2.
Belajar dibedakan dari perubahan
Perubahan tingkah laku juga dapat
terjadi, disebabkan oleh terjadinya perubahan pada fisik dan mental karena
melakukan suatu perbuatan berulang kali yang mengakibatkan badan menjadi
letih/lelah. Sakit atau kurang gizi juga dapat menyebabkan tingkah laku
berubah, atau karena mengalami kecelakaan tetapi hal ini tak dapat dinyatakan
sebagai hasil perbuatan belajar.[2]
Gejala-gejala seperti kelelahan
mental, konsentrasi menjadi kurang, melemahnya ingatan, terjadinya kejenuhan,
semua dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya berhenti
belajar, menjadi bingung, rasa kegagalan, dan sebagainya. Tetapi perubahan
tingkah laku tersebut tak dapat digolongkan sebagai belajar. Jadi perubahan
tingkah laku yang disebabkan oleh perubahan fisik dan mental bukan atau berbeda
dengan belajar dalam arti sebenarnya,
3.
Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap
Hasil belajar dalam bentuk perubahan
tingkah laku. Belajar berlangsung dalam bentuk latihan (practice) dan
pengalaman (experience). Tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu berupa prilaku
(performance) yang nyata dan dapat diamati. Misalnya, seseorang bukan hanya
mengetahui sesuatu yang perlu diperbuat, melainkan juga melakukan perbuatan itu
sendiri secara nyata. Jadi istilah menetap dalam hal ini, bahwa prilaku itu
dikuasai secara mantap. Kemantapan ini berkat latihan dan pengalaman.
C.
Ciri-Ciri Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang merupakan
perpaduan kegiatab siswa yang melakuakan kegiatan belajar serta guru yang
melakukan kegiatan pengajaran. Keterpaduan dua aktivitas yang dilakukan guru
dan murid pada waktu yang bersamaan tentunya memiliki ciri-ciri tersendiri.[3]
Adapun cirri-ciri belajar mengajar sebagai berikut :
1.
Balajar mengajar memilki tujuan
Adapun
yang dilakukan manusia semuanya memiliki tujuan. Begitu juga dengan kegiatan
belajar mengajar adalah membentuk dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat
siswa pada tarap yang optimal sesuai dengan tingkat usia dan tingkat
perkembangan siswa.
Kegiatan
pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang bertujuan.
Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan
siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan
demikian dalam setting pembelajaran, tujuan merupakan pengikat segala aktifitas
guru dan siswa. Oleh sebab itu, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama
yang harus dilakukan dalam merancang sebuah program pembelajaran.[4]
Ada
beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program
pembelajaran :
Pertama,
rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas
keberhasilan proses pembeljaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil
manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan itu merupakan
indicator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
Kedua,
tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan
belajar siswa. Tujuan yang jelas dapat membimbing siswa dalam melaksanakan
aktifitas belajar. Berkaitan dengan itu, guru juga dapat merencanakan dan
mempersiapkan tindakan apa saja yang harus di lakukan untuk mambantu siswa
belajar.
Ketiga,
tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain system pembelajaran.
Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat
membantu guru dalam menentukan materi yang pelajaran, metode, atau strategi
pembelajaran, alat, media, dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan
merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa.
Keempat,
tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai control dalam menentukan
batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru
bisa mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai
dengan tujuan dan tuntutan kurikuluum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan
dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.[5]
2.
Ada suatu prosedur
Dalam
kegiatan belajar mengajar perlu ditempuh prosedur atau langkah-langkah yang
telah direncanakan dan didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan belajar
mengajar yang telah ditetapkan. Prosedur tersebut disusun secara sistematik
langkah-langkah demi langkah yang relevan dengan tujuan.
3.
Kegiatan belajar mengajar ditandai
dengan penggarapan materi yang khusus
Dalam
kegiatan belajar mengajar perlu ditetapkan
meteri khusus/ materi pokok/ materi standar yang dibahawa dalam setiap
kali pertemuan tatap muka. Materi harus dipersiapkan dan didesain sedemikian
rupa agar mudah dapat dicapai penguasaan materi secara tuntas dalm kegiatan
mengajar oleh siswa sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
4.
Kegiatan belajar mengajar ditandai
dengan pengalaman belajar kepada siswa
Dalam
kegiatan belajar mengajar siswa harus mengalami sendiri kegiatan belajar
mengajar atau pemberian pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan
serangkaian kegiatan yang harus diperbuat dan dikerjakan oleh siswa secara
berurtan untuk mencapai indicator pembelajaran dan kompetensi dasar. Pemberian
pengalaman belajar siswa harus memperhatikan urutan dan langkah-langkah
pembelajaran. Untuk materi pembelajaran yang memerlukan prasarat tertentu serta
pendekatan dan penyajian secara spiral (mudah kesukar, konkret ke abstrak srta
dekat ke jauh.[6]
5.
Kegiatan belajar mengajar ditandai
dengan pengambangan kecakapan hidup siswa
Seiring
dengan pmberian pengalaman belajar kapada siswa, tak kalah pentingnya dalam
pembelajaran berbasis kompetensi pada tingkat satuan pendidikan adalah
pemberian kecakapan hidup (life skill)
kepada siswa. Life skill merupakan
pemberian keterampilan-keterampilan kepada siswa untuk dapat menjalankan
kehidupan baik sebagai makhluk individu, makhluk social maupun sebagai makhluk
tuhan.
Seiring
dengan fitrahhnya, manusia terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad, akal dan
ruh. Ketiga dimensi dalam diri manusia harus dipelihara agar seimbang
(tawazzun). Jika diri manusia hanya dipelihara fisiknya saja, sementara akal
dan ruh tidak diperhatikan, maka manusia yang demikian hanya akan kuat fisik
atau jasad, tai memiliki hati yang kering dan gersang.sehingga hidupnya hampa
dan tidak tentram. Begitu juga halnya jiika manusia yang diasah hanya akalnya
saja, sedangkan fisik dan ruhaninya tidak dijaga, maka manusia itu ibarat orang
yang memiliki pengetahuan, tapi jasadnya sakit-sakitan, hatipen tidak tentram
dan rohaninya tumpul. Demikian pula jika manusia hanya diberi santapan rohani,
sedangkan fiiknya lemah, makanya tidak dijaga,, dan akalnya tidak diisi dengan
ilmu yang bermanfaat, maka kehidupannya akan menjadi timpang.
6.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru
berperan sebagai pembimbing
Dalam
kegiatan belajar mengajar peranan guru sebagai pembimbing adalah membuat
suasana belajar mengajar menjadi hidup penuh dangan interaksi antara guru
dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya, serta memberikan motivasi.
Guru berperan hanya sebagai mediator dengan sumber belajar lainnya baik manusia
seperti nara sumber, maupun non manusia
seperti : buku perpustakaan, laboratorium, lingkungan, televisi,
internet dan sebagainya. Dan guru lebih berperan sebagai perancang kegiatan
belajar mengajar dengan aktivitas dan pengalaman belajar dilakukan
sebesar-besarnya oleh siswa.
7.
Ada batas waktu
Kegiatan
belajar ada batas waktunya berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan
tersebut dibataswi dalam bentuk seiap kali pertemuan yang setarap 2 jam pelajaran
@ 45 menit. Jangka waktu per catur wulan atau per semester, per tahun atau per
jejang pendidikan 6 tahun atau 3 tahun.
8.
Evaluasi
Evaluasi
penting dilakukan untuk menilai keberhasilan belajar yang dicapai oleh siswa
serta semkaligus keberhasilan pengajaran yang dilakukan oleh guru, serta untuk
mengetahui apakah tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan telah tercapai
atau belum tercapai. Evaluasi memiliki kegunaan sebagai umpan balik untuk
perbaikan proses belajar mengajar
berikutnya maupun di masa yang akan dating baik bagi guru dalam
melakukan pengelolaan belajar mengajar maupun bagi siswa dalam melakukan
kegiatan.
Dalam arti luas,evaluasi adalah suatu
proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk
membuat alternative-alternatif keputusan ( mehrens dan lehmens,1978 : 5 ).[7]
Dalam hubungan dengan kegiatan
pengajaran .norman.e .groulund .(1976) merumuskan evalusi sebagai berikut :
evaluasi adalahsuatu proses yang sistematik untuk menentukan atau membuat
keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa
.
Fungsi evaluasi dalam proses belajar
mengajar
secara lebih rinci,fungsi evekuasi dalam
pendidikan dan pengajarandapat dikelompokan menjadi 4 fungsi :
1.
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan
serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar
selama jangka waktu tertentu .hasil evaluasi yang di peroleh itu selanjutnya
dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi normative) dan
atau untuk mengisi rapor/surat tanda tamat belajar yang berarti pula untuk
menentukan kenaikan kelas/lulus tidaknya seseorang dari suatu lembaga
pendidikan tertentu.
2.
untuk mengetahui tingkat keberhawilan program
pengajaran. Pengajaran sebagai suatu system terdiri atas beberapa komponen yang
saling berkaitan satu dengan yang lain. Komponen-komponen dimaksud antara lain
adalah tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar
mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan
prosedur serta alat evaluasi.
3.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling
(bk). Hasil-hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya,
dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelajaran bimbingan konseling
oleh para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya seperti antara lain :
-
Untuk membuat diagnosis mengenai
kelemahan – kelemahan dan kekuatan atau kemampuan siswa.
-
Untuk mengetahui dalam hal apa seseorang
atau kelompok siswa memerlukan pelayanan remedial.
-
Sebagai dasar dalam menangani
kasus-kasus tertentu diantara siswa.
-
Sebagai acuan dalam melayani
kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka bimbingan karier.
4.
Untuk keperluan pengembangan dan
perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Seperti telah dikemukakan
dimuka, hamper setiap saat guru melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka
menilai keberhasilan belajar siswa dan menilai program pengajaran yang berarti
pula menilai isi atau materi pelajaran yang terdapat didalam kurikulum.
C. Pembelajaran Terpadu
Ciri -ciri pembelajaran terpadu,
yaitu sebagai berikut:
1. Holistik, suatu peristiwa yang
menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang
studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
2. Bermakna, keterkaitan antara
konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan
diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
3. Aktif, pembelajaran terpadu
dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat
memotivasi anak untuk belajar.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah usaha aktif dari seseorang yang dilakukan secara sadar untuk mengubah perilakunya
sendiri.
Belajar adalah suatu proses
untuk mendapatkan kemampuan
agar dapat menggantikan perilaku yang buruk menjadi baik.
mengajar
adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar
dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Ciri – ciri
belajar mengajar
1. Belajar
mengajar memiliki tujuan
2. Ada
suatu prosedur
3. Kegiatan
belajar mengajar ditandai dengan penggarapan materi yang khusus
4. Kegiatan
belajar mengajar ditandai dengan pemberian pengalaman belajar kepada siswa
5. Kegiatan
belajar mengajar ditandai dengan pengambangan kecakapan hidup siswa
6. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan
sebagai pembimbing
7. Ada
batas waktu
8. evaluasi
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik, Oemar.
2008. Kurikulum Pembelajaran. (Jakarta : Sinar Grafika).
Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di
Sekolah Dasar. (Jakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
Purwnto, M. Nglim. 2004. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Pengajaran. (Bandung : Rosda Karya)
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. (Jakarta : Kencana)
Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :
PT. Raneka Cipta)
[1] Indrawati. Model
Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. (Jakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009).
[3] Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, ( Kurikulum
Dan Pembelajaran, 2008), Hlm. 68.
[4] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta :Kencana,
2006), Hal 61-62
[5] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta :
Kencana, 2006), Hlm. 61-62.
[6] Syaiful Bahri & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT.
Raneka Cipta) Hlm. 48.
[7] M. Nglim Purwnto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Pengajaran, (Bandung : Rosda Karya,
2004) Hlm.
3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar